Sekarang ini
banyak dari kita yang merayakan Hari Kebangkitan Nasional dengan formalitas,
simbol-simbol, seremonial, dengan kata-kata bahkan untaian puisi. Sekarang,
kita tidak butuh hanya untaian kata dan puisi pemberi semangat. Kita tahu
betapa kebangkitan itu tertanam dalam jiwa dan kesadaran kita.
Kita tidak
bisa lagi bangkit hanya sekedar dengan kata-kata, untaian puisi maupun juga
heroik cerita. Kita harus bangkit melakukan gerakan, langkah-langkah nyata
untuk kejayaan Indonesia. Bagi saya Indonesia sebagai sebuah bangsa telah lahir
dan eksis. Itu adalah gerakan 100 tahun yang lalu, gerakan pada waktu sumpah
pemuda, gerakan kemerdekaan dan gerakan awal membangun Indonesia merdeka yang
baru mengenal bangsa. Sekarang sudah berbeda, sudah lain.
Lalu
gerakan apa yang harus kita lakukan?????????????????????
Gerakan
lahir dari kesadaran dan kondisi sosial kehidupan yang melingkupi kita. Gerakan
lahir dari kesadaran untuk berubah, berubah kepada yang lebih baik. Gerakan
lahir tidak karena disuruh, diberikan, disuapin dan tidak karena hadiah. Tapi
gerakan lahir karena kesadaran sendiri, mengambil, mencuri dan bahkan merampas.
Yang penting untuk tujuan kebaikan, kebesaran dan kejayaan kita sebagai sebuah
bangsa. Kalau tidak dengan cara itu, Indonesia tidak pernah akan merdeka,
karena tidak pernah penjajah akan memberikan kemerdekaan itu.
Gerakan
kebangsaan dalam kondisi kekinian, bukanlah lagi melihat ke dalam struktur
masyarakat Indonesia karena masyarakat yang berstruktur seperti pada masa
penjajahan Belanda sudah tidak ada. Pada masa Belanda mereka membuat gerakan
karena masyarakat bumi putera terpinggirkan, dibanding Indo-Belanda, golongan
Tionghoa serta bangsa-bangsa lain di Hindia Belanda.
SEKARANG,
kita harus melihat Indonesia dalam kancah pergaulan dengan negara-negara lain.
Kalau saja, bangsa lain tidak lebih maju dari kita, maka kita memiliki kekuatan
dan kebanggaan sebagai sebuah bangsa besar, bangsa Indonesia. Akan tetapi kita
masih jauh dari itu, kita hanya bisa bangga sebagai bangsa dengan penduduk
terbesar ke empat di dunia. Di dunia olahraga, bulu tangkis yang sejak lama
telah merupakan kebanggaan kita, tetapi sekarang tidak lagi, apalagi dunia
seni, film, budaya, ilmu pengetahuan dan teknologi, kebersihan dan kedisiplinan
di jalan. Semua tidak ada lagi yang kita banggakan. Industri pesawat terbang
sebagai lonjatan teknologi tinggi yang menjadi kebanggaan, dipreteli dan bonsai
menjadi kecil. Tidak ada lagi yang bisa kita banggakan sebagai sebuah bangsa.
Sekarang
kalau kita ke luar negeri, atau di ASEAN saja, kita akan dilihat sebagai bangsa
pekerja harian, bangsa pekerja kasar, buruh perkebunan, buruh bangunan dan
pekerja rumah tangga. Di Timur Tengah, bangsa kita dipandang sebelah mata,
karena terbanyak di sana sebagai khadam, istilah kerennya pekerja rumah tangga,
istilah agak kasar “pembantu rumah tangga”, istilah lebih kasar adalah ”babu”
dan lebih kasar lagi adalah “budak”, dan inilah makna asal dari khadam itu.
Sungguh tragis. Padahal negara kita adalah negara yang lebih dulu merdeka dari
banyak negara-negara lainnya yang kini lebih maju.
Jadi,
kesadaran yang harus dibangun adalah kesadaran akan kesederajatan, serta
kesadaran untuk menjadi lebih baik dari bangsa-bangsa lain. Kesadaran menjadi
bangsa besar dan kesadaran untuk maju dan lebih unggul dari bangsa lain. Itulah
yang harus menjadi kesadaran bersama kita anak bangsa ini.
Gerakan yang
harus kita lakukan adalah gerakan untuk memajukan kecerdasan bangsa, gerakan
untuk hidup disiplin dan terartur, gerakan menghargai waktu serta gerakan internationalize
standard. Kita harus melihat standar kualitas apaupun dalam kerangka standar
internasional. Hanya dengan cara itulah kita bisa mengukur diri, apa kita masih
berjalan di belakang, sudah di tengah atau di depan.
Untuk
membangun gerakan itu kita tidak perlu menjadi bangsa peminta-minta. Bangsa
yang selalu mengeluh kepada bangsa lain yang kini lebih kaya, karena hal itu
akan tetap merendahkan martabat bangsa. Kita harus berdiri di atas kaki
sendiri. Kita harus bangun kesederajatan dalam hubungan dengan negara lain.
Kita harus mengolah sumber daya alam dan sumber daya ekonomi kita untuk
kebesaran bangsa kita. Kita tidak akan pernah menjual kekayaan alam untuk
keuntungan bagi bangsa lain.
Kini, kita
sangat prihatin, hanya untuk general check up kesehatan, pejabat dan
orang-orang kaya Indonesia harus ke Singapura atau Malaysia. Untuk sekolah
menengah atas apalagi perguruan tinggi harus ke luar negeri. Sekarang mahasiswa
internasional yang sekolah di negeri kita, paling dari Timor-Timor. Sedangkan
sebelumnya banyak sekali mahasiswa Malaysia yang belajar di
universitas-universitas kita. Kita mundur, mundur jauh ke belakang dari
tetangga kita Malaysia dan Thailand, apalagi Korea selatan.
Lalu apa yang harus kita
lakukan! Kata kunci dari internasional standar itu adalah DAYA SAING. Kekuatan kompetisi. Inilah yang paling lemah dalam
bangsa ini. NASIONALISME harus
dibangun dengan kesadaran bahwa kita adalah bangsa yang memiliki daya saing
tinggi dalam segala aspek kehidupan. Karena itu sekali lagi gerakan yang kita
bangun adalah gerakan pencerdasan bangsa, kedisiplinan, keteraturan serta
membangun kekuatan daya saing sebagai sebuah bangsa yang berada di tengah
pergaulan dunia.
Negara yang
melindungi segenap bangsa Indonesia yang terutama diperankan oleh pemerintah
harus menjadikan persoalan ini menjadi gerakan dan program yang utama dan
pertama. Kalau mereka tidak melakukan itu mari para pemuda dan mahasiswa ambil
alih penentu kebijakan, menggantikan posisi mereka. Bergeraklah para pemuda,
mahasiswa untuk kejayaan bangsa kita di masa depan yang menjadi milik kalian.
Wallahu
a’lam. Semoga bahagia di Indonesia yang kita cintai ini, dan Allah selalu
meridlai.
(Ini
adalah Orasi Kebangkinan Nasional yang saya sampaikan di Universitas Islam
Negeri Hidayatullah Jakarta, Mei 2008)
Komentar
Posting Komentar